Buku yang telah kami baca dan telah kami
ambil intisari dari isinya yaitu buku yang berjudul KEWIRAUSAHAAN oleh Hendro untuk SMK dan MAK
Kelas XII yang diterbitkan oleh Penerbit Erlangga. Di dalam buku tersebut,
terdapat berbagai cerita motivasi dan inspiratif yang dialami oleh orang-orang
yang sukses di dalam usaha yang mereka geluti. Kami mengambil 2 kisah dalam
buku tersebut. Kelompok kami menyadari bahwa begitu banyak kisah sukses dan
inspiratif yang dibangun oleh para pengusaha, tapi kami memilih 2 kisah
inpiratif ini karena di dalam kisah ini, terdapat strategi unik dan inspiratif yang
dapat dicontoh dalam membangun sebuah usaha. Dan kisah ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan inspirasi untuk para pemburu usaha dalam mencari gagasan sebelum
membuka suatu usaha.
Dalam cerita inspiratif yang pertama datang
dari seorang pengusaha keramik yang memiliki strategi hebat dalam proses
usahanya. Sebut saja namanya Siti Juhro. Beliau sudah 27 tahun menggeluti usaha
membuat keramik printing. Ada hal yang membuat kelompok kami menjadi terkesan
dengan kisah inspiratif beliau, hal terkesan tersebut adalah usaha pembuatan
pembuatan keramik printing yang beliau geluti dibangun tanpa pernah meminjam
modal dari bank. Pada awalnya, perempuan yang akrab disapa Yotty ini membuat
keramik dengan berbagai teknik tuang (slip
casting), buatan tangan (handmade), dan menggunakan mesin putar tekan (jigger). Namun, pada akhirnya ia beralih
ke keramik menggunakan dekoratif dan printing.
Karena, ia merasa teknik ini lebih bersih, tidak banyak reject, tidak membutuhkan banyak tukang, dan dapat didesain di
komputer sedemikian rupa, sehingga mampu memenuhi pesanan khusus secara cepat.
Usaha keramik printing berlogo yang
diproduksi oleh Yotty yang melabeli produknya dengan nama Sinar Asih Sejati ini
telah menembus berbagai departemen dan instansi, baik pemerintah maupun swasta
dan perseorangan di hampir seluruh Indonesia. Namun, semua itu dilakukan bukan
dengan cara yang cepat dan mudah. Yotty berusaha keras agar dapat menembus
semua projek pasar tersebut. Yotty akhirnya memutuskan untuk mengadakan
hubungan rekanan dengan beberapa showroom keramik terkenal di Jakarta, yang
pangsa pasarnya dari Sabang sampai Merauke. Jadi, nantinya, akan menguntungkan
kedua belah pihak. Menurutnya, hal
semacam ini, jauh lebih menguntungkan daripada ia harus mempunyai showroom atau
usaha keramik sendiri karena Yottu tidak perlu lagi mengeluarkan baiaya untuk
menyewa showroom.
Cara terbaik yang menjadi prinsip dari
Yotty adalah ia berusaha untuk selalu memenuhi pesanan baik dalam jumlah maupun
waktu. Yotty juga berprinsip bahwa ia akan berusaha untuk tidak menolah segala
pesanan yang diminta oleh pelanggannya walaupun jumlah pesanannya tidak
mencapai batas maksimal dari tungku pembuat keramiknya. Dia hanya akan berusaha
untuk memberikan pelayanan terbai kepada pelanggannya karena menurutnya hal
tersebut adalah hal yang utama sementara keuntungan menurutnya adalah hal kedua
yang nantinya akan menghampirinya ketika ia sudah bisa memenuhi deadline yang
telah ditentukan oleh setiap pelanggannya. Yotty akan menerima setiap jumlah
pesanan pelanggannya walaupun pesanannya hanya dua buah. Karena Yotty meyakini
bahwa dari melayani jumlah yang minim, nantinya akan berkembang menjadi jumlah yang
besar.
Dalam menjalani usahanya, Yotty tidak
mengguakan tenaga tetap dalam jumlah yang banyak, Yotty hanya menggaji enam
karyawan tetap di atas UMR (Upah Mininum Regional). Yotty lebih suka
memperbesar jumlah karyawan freelance.
Sebab, jika ada tender, otomatis tenaga mereka akan dibayar, bahkan bila perlu
dengan bonus. Sebaliknya, saat sedang tidak ada tender, Yotty juga tidak harus
mengeluarkan uang apapun.
Strategi jitu yang dilakukan Yotty untuk
mensukseskan usahanya adalah dengan selalu berfokus pada pemesanan barang
daripada membuat barang untuk persediaan. Sebab, pemesanan bersifat pasti
(dibayar), sedangkan barang ready stock
lebih memungkinkan terjadinya penimbunan, mengingat tidak semuanya bisa diserap
pasar.
Yotty sangat memperhatikan hubungan baiknya
dengan semua karyawannya. Maka dari itu, Yotty dikenal sebagai orang yang
memiliki jiwa sosial yang tinggi, ramah, sopan dan mampu untuk mengimbangi
keadaan dengan lawan bicaranya. Ini semua dilakukan Yotty sebagai proses untuk
membuat para karyawannya semangat
bekerja. Yotty juga tidak pernah absen dalam proses pencetakan dan terjun
langsungdalam proses printing. Maka
dari itu, banyak karyawannya yang merasa puas ketika direkrut oleh Yotty karena
selama proses pengerjaan, selalu ada pengawasan dari pemiliknya dan semua hasil
keramik buatannya tidak pernah dikeluhkan kekurangan apapun oleh para
pelanggannya.
Dalam sistem keuangan, Yotty lebih memilih
menggunakan sistem penyediaan deposito dalam jumlah memadai. Tambahan biaya
yang dibutuhkan untuk membeli bahan baku didapatkan Yotty dari uang muka dari
para pemesannya sebesar 50%. Pengeluaran Yotty dalam membeli bahan baku akan
tertutup oleh penagihan akhir yang dibayarkan oleh pemesannya dan uang tersebut
aja dimasukkan kemabli sebagai deposito untuk modal dalam pembuatan
selanjutnya. Sistem tersebut digunakannya karena ia berpegang teguh pada
prinsipnya untuk tiak meminjam uang pada bank karena menghindari adanya
penagihan-penagihan lebih dari pihak bank.
Untuk sistem tempat usaha, Yotty tetap
mempertahankan rumah mungilnya di kawasan Pasar Minggu sebagai tempat untuk
meraup sgala keuntungan dari pembuatan keramik printing tersebut. Yotty tidak berniat untuk memperbesar ruang
usahanya, karena baginya, asalkan masih bisa dijadikan sebagai tempat untuk
menampung semua orderan dan dapat melayani setiap pelangganya, mengapa harus
dibesarkan. Yotty berucap bahwa bila tempatusahanya akan diperbesar, nanti
malah mubazir atau kalau salah mengelolanya bisa jadi malah bangkrut. Memang
tidak semua teori dapat dipraktikkan dan kadangkalanya sebuah teori hanyalah
sebuah teori bagi seseoarang. Sebuah teori mengatakan bahwa mempertahankan
bisnis itu jauh lebih sulit daripada mengembngkannya. Sebuah teori lain
mengatakan tanda kesuksesan sebuah bisnis adalah terjadinya perkembangan
besar-besaran baik dalam jumlah cabang perusahaan yang dibuka, gerai yang ada
di berbagai tempat, maupun kapasitas pabrik yang semakin besar. Tapi hal itu
tidak berlaku bagi Yotty yang membangu bisnis keramik dekoratif ini sejak 1981
dan masih eksis sampai sekarang walaupun tempat yang digunakan Yotty tidak sesuai
dengan teori tersebut, tetapi Yotty membuktikan bahwa ruang usaha bukan menjadi
faktor utama terciptnya kesuksesan dalam berbisnis.
Berikut cara Yotty mengurangi resiko-resiko
kebangkrutan perusahaan yang telah dirangkum:
1.
Menawarkan diri menjadi rekanan
pabrik pihak lain yang pangsa pasarnya luas, dengan starategi win-win solutions atau simbiosis
mutualisme.
2.
Memenuhi pesanan tepat waktu.
3.
Tidak pernah menolak pesanan dalam
jumlah sangat minim, meski kapasitas produksi sangat besar. Dengan prinsip
sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit.
4.
Tidak merekrut tenaga kerja
tetap dalam jumlah banyak, tetapi memperbanyak tenaga kerja paruh waktu (freelance)
5.
Pemilik perusahaan harus
mempunyai beberapa keahlian yang diperukan dalam proses produksi dan terjun
langsung dari awal hingga akhir proses produksi.
6.
Fokus pada pemesanan barang dan
bukan pembuatan barang untuk persediaan, unutk menghindari penimbunan barang.
7.
Sebisa mungkin tidak menjamin
modal ke bank, karena pada akhirnya akan fokus pada penagihan-penagihan.
8.
Tidak perlu memperbesar tempat
usaham bila tempat usaha sebelumya telah mampu melayani semua pemesan.
Demikianlah
kisah yang inspiratif dari pengusaha keramik printing yang sangat luar biasa. Beliau memiliki strategi unik yang
dapat mensukseskan usahanya sehingga usahanya masih tetap eksis hingga 27
tahun.
Selanjutnya,
kami akan mengambil kisah inspiratif lain yang dapat memberi pelajaran kepada
kita akan pentingnya sebuah strategi dalam menjalankan setiap usaha. Kisah
kedua datang dari pengusaha Es Dawet.
Citra (26),
berniat menjadi pengusaha es dawet sukses karena wanita ini hobi minum es
dawet. Slah satu strategi pemasarannya adalah memilih lokasi yang ramai (dekat
kampus). Keuntungan yamg diperoleh dari hasil berjualan es dawet digunakannya
untuk menambah modal usaha. Bermula dari gemar minum minuman dingin, tapi kini
Citra Puspa Sari punya usaha menguntungkan. Tidak hanya di Indonesia, Es Dawet
Cah Mbanjar produksinya telah merambah pasar Singapura.
Dia tertarik
mengembangkan usaha ini karena senang minum satu jenis minuman yang sama tapi
berbeda nama. Memang, minuman ini cukup banyak di Medan. Penjual minuman yang
menggunakan gerobak banyak dijumpai di pinggir-pinggir jalan kota Medan. Kadang
di emperan toko, tidak sedikit juga di bawah pohon rindang dan persimpangan
jalan. Sambil minum, dia suka bertanya-tanya kepada penjual, mengorek informasi
seputar minuman tersebut.
Hingga pada
akhirnya dia bisa bertemu dengan bos pemilik es penjual dengan gerobak. Ketika
ia sedang minum es di tempat es langganannya, karena sudah sering, akhirnya ia
iseng-iseng ngobrol nanyain resep dan lainnya. Setelah memperoleh resep dari
pemilik es tersebut, Citra bersama suaminya, Hafiz Khairul Rijal (32) membeli
bahan baku dengan modal Rp.100.000.
Saat itu dia
tidak menggunakan resep rahasia dari bos pemilik es. Untuk gerobaknya, dia
memilih membuat sendiri dengan biaya Rp. 500.000,00. Bermodal Rp.600.000,00
itulah Citra memulai berjualan Es Dawet Cah Mbanjar. Kebetulan dia langsung
mendapat lokasi dekat kampus. Jadi saat itu, penjualannya lumayan. Dalam satu
hari, 50 cup atau gelas Es Dawet Cah
Mbanjar pasti laku terjual. Untung bersihnya Rp.50.000 per hari. Waktu terus
berlalu hingga tiga bulan berjalan.
Dari keuntungan
yag diperoleh, Citra menambah gerobak. Tidak lama berselang, gerobak ketiga
dibeli sekaligus mulai merekrut karyawan. Ia mulai usaha sendiri pada tahun
2006. Terus berjalan hingga 2007 sudah bisa membeli gerobak kedua dan ketiga.
Semuanya disebar tidak jauh dari lokasi berjualan yang pertama. Namun, meski
sudah memiliki tiga gerobak, dia masih tetapberhubungan dengan bos pemilik es
yang pertama karena bumbu utama belum dimilikinya secara langsung.
Mendekati akhir
tahun 2007, ia mencoba untuk membeli bumbu dan alat prduksi dari bos pemilik
es. Modalnya tidak sedikit. Uag sebesar Rp.50.000.000,00 harus disiapkan, tapi
karena ingin berinovasi dia nekat meminjam uang dari orangtuanya. Dengan begitu,
dia bisa memiliki mesin adonan cendol, gula, dan kelapa sendiri. Bahan bakunya
pun langsung didatangkan dari Banjar.
Selain bumbu
utama, dia juga mendapat lima gerobak. Jadi total gerobak telah ada delapan
gerobak yang dijadikannnya mdal untuk dijual kepada orang lain. Ingin melihat
bagaimana peluang pasar yang lebih besar, Es Dawet Cah Mbanjar ini mulai
diikutkannya pada pameran-pameran. Pertama kali, tepatnya tahun 2007 ikut
pameran Batik Sumut dalam rangka ulang tahun Bank Pembangunan Daerah (BPD) ini.
Tanpa disangka,
Citra meraih Penghargaan Bank Sumut Usaha Mikro Kecil (UMK) Award.usaha Citra
dinilai terbaik karena punya tempat produksi dan manajemennya sudah terbentuk,
walapunmasih skala home industry.
Anak pertama dari tiga bersaudara ini
mengujarkan bahwa perasaannya saat mendapat Penghargaan itu sangat
bahagia dan bangga, karena selama proses pameran, Ia ikut dalam audisi
wirausaha muda Mandiri yang diselenggarakan Bank Mandiri. Ia menjadi semakin
bersemangat untuk mengembangkan usaha menjadi lebih luas lagi. Rezeki memang
benar-benar berpihak padanya. Ia sangat mesyukuri rezeki yang diberikan oleh
Allah. Ia akan terus berusaha untuk memanfaatkan peluang yang diberikan Allah
kepadanya, dan akan terus berusaha untuk mengambil setiap peluang yang diberikan
Allah kepadanya.
Total 170
gerobak se-Indonesia telah dijualnya. Khusus Medan saja ada 40 gerobak. Kini
pemasarannya hingga Makassar. Ia berkata bahwa peluang terbesar masih ada di
kota kelahirannya ini yaitu Medan. Maka dari itu, ia masih memperbanyak jumlah
gerobak di Medan. Ia menambahkan bahwa kotanya sangat cocok untuk dijadikan
sebagai tempat untuk mulai berbisnis karena dipastikan untung Rp.50.000,00 bisa
didapatnya dalam satu hari.
Berikut cara
Citra memulai usahanya hingga ia bisa sukses seperti saat ini:
1.
Citra berusaha memnafaatkan
peluang yag ada. Walaupun peluang itu datang dari kesukaannya dalam
mengkonsumsi Es Dawet.
2.
Citra berusaha untuk mencoba
untuk memulai usahanya walau dengan modal yang minim. Dia berkeyakinan kuat
bahwa apabila a dapat menekuni usahanya ini, ia akan suskes besar. Karena
kesuksesan itu dimulai dari nol.
3.
Citra berani untuk selalu
bertanya dan meminta informasi kepada ahlinya atau pembuatnya. Karena dalam
memulai usaha, ia tidak mau sembarangan dalam memilih bahan baku dan dia juga
selalu selektif dalam urusan pencarian informasi. Dia harus benar-benar mencari
ahli dari bidang tersebut, tidak hanya amatiran saja.
4.
Dalam memulai bisnis, ia selalu
bekerjasama dengan suaminya. Suaminya sangat setia mendampinginya berwirausaha.
Ini membuktikan bahwa kerjasama dapat menjadi hal yang dibutuhkan dalam
menjalani setiap usaha.
5.
Sifat tidak pernah puas dalam
diri Citra menjadikannya bersemangat dalam menjalani usaha. Ia selalu berusaha
untuk berinovasi dalam mengembangkan usahanya. Dibuktikan dengan ditambahkannya
jumlah gerobak di setiap tahunnya. Tidak hanya itu, Citra juga masih berusaha
untuk mencari bahan baku utamanya agar ia tidak perlu lagi untuk bertanya dan
meminta saran pada pembuat Es Dawet langganannya itu. Ia berniat untuk bisa
mandiri dalam menjalankan usahanya itu.
6.
Jiwa pengusaha adalah jiwa yang
tidak pernah mengeluh dan takut bangkrut. Sifat tersebut ada dalam diri Citra.
Ia tidak pernah merasa takut bangkrut, maka dari itu, ia selalu berusaha untuk
memperbanyak jumlah gerobak.
7.
Citra juga tidak ragu untuk
mendaftarkan usahanya dalam ajang perlombaan, bukan untuk mendapatkan modal
tambahan saja, tapi ia berniat agar usahanya itu bisa menjadi inspirasi bagi
orang-orang yang belajar dari kisahnya. Dia hanya ingin, orang lain bisa suskes
seperti dirinya walupun dengan cara yang berbeda.
8.
Selalu bersyukur, itulah hal
yang sangat ia tekankan pada setiap pengusaha dalam menjalani usahanya. Ia
selalu ingat bahwa yang memberi kesuksesan itu semata-mata bukan karena usahanya
saja, tapi juga ada campur tangan dari Tuhan.
9.
Ia juga tidak lupa dengan kota
kelahirannya dimana awal mula ia bisa merintis usahanya dari nol. Ia berusaha
untuk lebih memperbanyak jumlah usahanya di kotanya daripada di kota lain
karena ia menyadari, tempat lahir usahanya adalah dimana ia memulainya.
10.
Intinya, di setiap usaha, pasti
selalu ada perjuangan yang harus dikorbankan demi terwujudnya usaha yang
diinginkan. Jadi, jangan ragu untuk sukses, dan jangan takut juga untuk
menghadapi segala rintanga yang ada, jatuh bangun dan pasang surut dalam setiap
usaha itu sudah biasa. Hadapi semua rintangan tersebut dengan bijak.
Demikian 2 kisah
yang sangat inspiratif yang dapat membangun jiwa wirausaha kita. Bagaimana?
Anda tertarik untuk membangun suatu usaha? Jangan lagi da rasa takut dan ragu
dalam memilih untuk berwirausaha, karena nantinya penyesalan anda tidak akan
ada yang menghargai. Jadikan setiap potensi yang ada dalam diri anda sebagai
peluang awal dalam menjalani setiap usaha. Jadi, Ayo Berwirausaha!! J