Laporan interpretatif adalah laporan lanjutan atas suatu kejadian yang mengandung pemikiran, penafsiran dan pandangan. Di sini wartawan mengulas suatu berita yang baru terjadi ataupun yang
sudah lama terjadi dengan memberikan interpretasi, spekulasi, dan
pendapat. Laporan interpretatif merupakan suatu bentuk laporan yang
lebih bebas. Umumnya kualifikasi wartawan yang dipercaya untuk
mengerjakannya adalah wartawan senior. Wartawan yang dimaksud adalah
wartawan yang sangat menguasai masalah seputar topik yang diangkat dan
dapat melakukannya dengan baik, jujur, dan objektif. Dia juga berani
mengutarakan penafsiran, pendapat, dan pemikirannya karena ia memang
berada pada posisi mengetahui fakta yang berkaitan dengan peristiwa yang
dilaporkan.
Contoh:
KOMPAS.com - diet
lemak populer lagi. Dengan konsumsi minyak kelapa dan daging meningkat,
orang mulai mengonsumsi lagi apa yang dulu dianggap jahat. Tapi,
seberapa sehatnyakah perpindahan dari butter ke daging sapi? Ternyata, hampir segala sesuatu yang kita tahu tentang lemak selama ini, tidak benar.
Interpretasi :
Lemak lebih lambat dicerna daripada karbohidrat dan merangsang
pelepasan hormon kenyang, yang dapat menjaga Anda dari makan berlebihan.
Bahkan, dalam sebuah penelitian, peserta diet
moderat lemak, berat badannya turun 1,9 kg selama 18 bulan. Sedangkan
kelompok rendah lemak, naik sebanyak 1,4 kg. Terlebih lagi, lemak
memainkan peran positif dalam tubuh, dari produksi hormon ke fungsi otak
yang optimal, bahkan membantu penyerapan gizi.
Refrensi:
Willing, S. (2010). Laporan Interpretatif. In Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (p. 105). Jakarta: Erlangga.
http://health.kompas.com/read/2015/11/17/105300723/6.Mitos.dan.Fakta.tentang.Lemak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar