Sejarah Jurnalistik dimulai 60 tahun Sebelum Masehi (SM) di zaman Romawi
kuno. Ketika itu sudah muncul media untuk pernyataan umum yang kemudian
dikenal sebagai surat kabar. Media tersebut diberi nama Acta Senatus
atau Acta Diurna Populi Romawi. Acta Diurna Popali Romawi yang disingkat
menjadi Acta Senatus terbit setiap hari dan isinya memuat pengumuman
dari Kaisar Roma dan berita-berita kegiatan kekaisaran lainnya yang
ditempel atau dipasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum (Stadion
Romawi). Pada mulanya Acta Diurna ditulis di atas meja dan setiap orang
yang melintasinya dapat membacanya. Mereka yang sering membaca Acta
Diurna di meja itu semakin banyak jumlahnya. Orang yang tidak mendapat
kesempatan membaca langsung di sana ataupun tidak sempat datang ke Roma
untuk mengunjungi meja itu dapat memesan kepada orang lain untuk
mencatat isi beritanya. Orang yang mencatat itu disebut Actuari atau
pencatat berita.
Setiap hari, jumlah para Actuari semakin membludak. Untuk itu, Acta
Diurna akhirnya dibacakan tiap pagi selama dua jam oleh pegawai istana.
Isinya juga semakin lengkap dan beragam menyangkut antara lain berita
pertukaran pejabat istana, perpindahan pegawai, kunjungan resmi pejabat,
undangan kaisar, berita keluarga, upacara kerajaan, termasuk mengenai
pertunjukan sirkus. Perkembangan selanjutnya ditulis dan ditempel di
Forum Romanum.
Acta Diurna diterbitkan oleh Julius Caesar pada tahun 59 SM dan ternyata
tetap bertahan selama empat abad sampai runtuhnya kekaisaran Roma pada
tahun 476 Masehi. Di zaman kekaisaran Augustus cara penyampaian berita
banyak diperbaiki, yaitu melalui cara beranting (estafet). Para pakar
menyebut masa sebelum Acta Diurna sebagai Masa Prajurnalis dan masa
setelah Acta Diurna sebagai Masa Jurnalis.
Sumber lain mengatakan bahwa Caesar sebenarnya hanya meneruskan dan
mengembangkan tradisi yang muncul pada permulaan berdirinya kerajaan
Romawi. Saat itu, atas peritah Raja Imam Agung, segala kejadian penting
dicatat pada “Annals”, yakni papan tulis yang digantungkan di serambi
rumah. Catatan pada papan tulis itu merupakan pemberitahuan bagi setiap
orang yang lewat dan memerlukannya. Saat berkuasa, Julius Caesar
memerintahkan agar hasil sidang dan kegiatan para anggota senat setiap
hari diumumkan pada “Acta Diurna”. Demikian pula berita tentang kejadian
sehari-hari, peraturan-peraturan penting, serta apa yang perlu
disampaikan dan diketahui rakyatnya. Papan pengumuman itu ditempelkan di
Forum Romanum untuk diketahui oleh umum. Berita di Acta Diurna kemudian
disebarluaskan. Saat itulah muncul para Diurnarii, yakni orang-orang
yang bekerja membuat catatan-catatan tentang hasil rapat senat dari
papan Acta Diurna itu setiap hari, untuk para tuan tanah dan para
hartawan.
Dari kata Acta Diurna inilah secara harfiah kata jurnalistik berasal
yakni kata “Diurnal” dalam Bahasa Latin berarti “harian” atau “setiap
hari.” Diadopsi ke dalam bahasa Prancis menjadi “Du Jour” dan bahasa
Inggris “Journal” yang berarti “hari”, “catatan harian”, atau
“laporan”. Dari kata “Diurnarii” muncul kata “Diurnalis” dan
“Journalist” (wartawan).
sumber :
1. Willing, S. (2010). Pengertian Jurnalistik. In Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita (p. 4). Jakarta: Erlangga.
2. Romli, A. (n.d.). Sejarah
Jurnalistik Dunia. Retrieved October 7, 2015, from
http://www.academia.edu/8895545/Sejarah_Jurnalistik_Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar